tag:blogger.com,1999:blog-21072780467075727522024-03-13T07:19:35.487+07:00Anis FuadCeritaku UntukmuAnis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.comBlogger102125tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-81325094691733809262014-01-28T20:48:00.001+07:002014-01-28T20:48:19.323+07:00Kupat Tahu Rutan Serang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://lh4.ggpht.com/-RJ2q0v_hzgU/Uue1IZ4PgfI/AAAAAAAAAxA/mJYJXuYCeO0/s1600/IMG_20140127_080200.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="http://lh4.ggpht.com/-RJ2q0v_hzgU/Uue1IZ4PgfI/AAAAAAAAAxA/mJYJXuYCeO0/s640/IMG_20140127_080200.jpg"> </a> </div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-80277266055864628772013-01-21T16:08:00.001+07:002013-01-21T16:08:46.976+07:00Posting Perdana (lagi)<p>Sudah sekian lama tidak posting di blogger, posting kembali lewat android. Setidaknya sebulan sekali saya rencanakan untuk posting. Sampai jumpa bulan depan</p>
Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-87830196016819352282010-11-14T06:59:00.001+07:002012-08-18T00:40:03.395+07:00Anakku dan Anakku<p class="mobile-photo"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/TN8makS7LII/AAAAAAAAAQ4/HOPWnhVK4Sk/s1600/2010-11-07%2B09.50.05-777408.jpg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/TN8makS7LII/AAAAAAAAAQ4/HOPWnhVK4Sk/s320/2010-11-07%2B09.50.05-777408.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5539188304550505602" /></a></p> Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-13831475610650524322010-09-02T23:29:00.002+07:002010-09-02T23:31:29.264+07:00Bijaksana ber-twitter: Sejarah RT dan penggunaannya<div style="text-align: justify;"></div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.thewwwblog.com/images/twitter/tweet-retweet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="100" src="http://www.thewwwblog.com/images/twitter/tweet-retweet.jpg" width="150" /></a>Ada banyak salah kaprah pemahaman RT dalam penggunaan twitter. Retwit di maknai sebagai Reply To. Ini adalah hasil copas dari blog seorang teman yang nyentil banget kebiasaan kita nyampah pake RETWEET di twitter. ini dia</div><a name='more'></a><span id="more-468"></span></div><br />
<div></div><hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Tujuan dari tulisan ini ada dua:</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1. Tujuan umum: buat menambah khasanah pengetahuan tentang twitter bagi siapa pun yang berminat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2. Tujuan khusus: kalo besok-besok ada orang yang mau tanya-tanya tentang RT gue tinggal kasih link ke postingan ini aja, hehehe..</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Mari kita mulai.</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">RT adalah singkatan dari ‘ReTweet’; bukan ‘Reply To’. Awalnya twitter adalah sebuah layanan mikro blog. Jadi sebuah tweet bisa dikategorikan sebagai kekayaan intelektual (karya cipta). Dengan begitu, meng-copy sebuah tweet tanpa mencantumkan sumbernya bisa disamakan dengan mencuri. Nah, kalau ada tweet yang bagus, dan ingin kita sebarkan (via twitter), bagaimana caranya (agar tidak dianggap mencuri karya orang lain)? Disinilah muncul istilah ReTweet yang disingkat ‘RT’ (biar irit karakter). Fungsinya menyebarkan kembali sebuah tweet lengkap dengan informasi kita mengutip tweet tersebut dari siapa.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Contoh: @Lendra nge-tweet:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Nah, @Bayu yang ingin menyebarkan tweet tersebut ke followersnya akan nge-tweet:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">RT @Lendra : Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Apa yang di-tweet oleh @Bayu (kasarnya) bisa diartikan begini: menurut info yang saya dapat dari @Lendra, Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat .</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Format RT ini kemudian disepakati secara informal oleh para pengguna twitter untuk melakukan ReTweet.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sampai disini, yang perlu dipahami adalah ReTweet harus dilakukan secara manual. Kalau @Bayu ingin mengutip tweet dari @Lendra tadi, maka @Bayu harus mengetik “RT<spasi>@Lendra<titik dua=""><spasi>Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat ” sebab fitur ReTweet belum disediakan oleh twitter. Karena sifatnya yang manual (ketik sendiri), beberapa orang kadang menambahkan sepatah-dua patah kata untuk mengomentari/menambah info pada tweet yang di-RT.</spasi></titik></spasi></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Misal, jika tweet @Bayu seperti ini:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung RT @Lendra: Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">(kasarnya) bisa kita artikan sebagai @Bayu ingin memberitahu bahwa Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Apakah yang @Bayu lakukan adalah contoh salah dari penggunaan RT?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bukan, karena:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1) @Bayu melakukan RT bukan untuk me-reply (menjawab) tweet @Lendra. Apakah @Lendra bertanya? Tidak kan?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2) @Bayu memang bermaksud menyebarkan info yang dia dapat dari @Lendra ke seluruh followers-nya, bahwa ‘Hari ini ada Kongres II Partai Demokrat’ dan @Bayu menambahkan info bahwa kongres tersebut diselenggarakan di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Lalu yang dimaksud dengan “RT abuser” itu apa?<br />
</b><br />
Jadi begini, suatu ketika twitter booming dan jadi trend. Wajar kalau aplikasi/software untuk twitter-an pun bermunculan. Semuanya tentu menjanjikan pengalaman tweeting yang berbeda. Ada yang menawarkan tweeting via handphone, ada yang menambahkan fitur; dan lain-lain. Beberapa fitur inilah yang pada akhirnya sedikit membawa masalah. Maksud gue, RT via handphone cukup repot. Anda harus klik reply dan mengetik ulang semua tweet yang akan di RT. Betapa asiknya kalau ada fitur yang melakukan RT secara otomatis, dan fitur itulah yang disediakan oleh beberapa software. Tinggal klik tombol ‘RT’ maka tweet yang hendak anda ReTweet secara otomatis akan muncul di update box lengkap dengan format RT yang gue contohkan di paragraf sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sayangnya, seperti yang gue bilang: twitter booming. Banyak pengguna baru (newbie) yang mulai tweeting via beragam aplikasi. Banyak dari newbie ini yang mengira ‘RT’ adalah singkatan dari ‘Reply To’. Akibatnya, mereka melakukan percakapan (saling berbalas tweet) dengan menggunakan fitur RT. Orang yang menggunakan RT untuk membalas (reply) tweet orang lain inilah yang disebut RT Abuser.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Apakah mereka bisa disalahkan?</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bisa, karena twitter (yang asli, yang via web) menyediakan tombol reply untuk menyampaikan tweet kepada satu atau lebih user. Dua hal ini (reply dan ReTweet) akan sangat berbeda maknanya karena, jika melakukan RT maka tweet tersebut akan muncul di timeline seluruh followers kita (tanpa kecuali). Berbeda dengan reply: kalau @Bayu me-reply @Lendra maka isi tweet tidak akan muncul di timeline followers @Bayu (kecuali yang menjadi followers @Lendra juga).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Apakah ini penting? Ya, kalau anda sensitif dengan topik pembicaraan tertentu. Misalnya @Pratama memfollow @Lendra karena dia sering membahas film-film menarik, tapi sayangnya @Lendra juga doyan membahas politik dan @Pratama benci politik. Tentu @Pratama jadi tidak nyaman melihat @Lendra dan @Bayu membahas masalah politik via RT (yang otomatis membuat isinya muncul di timeline @Pratama). Andai @Lendra dan @Bayu membahas politik via reply, maka @Pratama tidak perlu terganggu dengan isi tweet tersebut karena toh dia bukan follower @Bayu (sehingga isi tweet @Lendra tentang politik tidak muncul di timeline).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Lalu muncul pertanyaan: bagaimana kalau @Lendra, @Bayu, dan @Pratama saling follow? Apakah tindakan @Lendra dan @Bayu yang melakukan percakapan via RT bisa disalahkan? Toh kalau @Lendra dan @Bayu berbincang lewat reply, tetap saja akan muncul di timeline @Pratama?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Begini, saat ini twitter (website; bukan via aplikasi) sudah menyediakan fitur RT (istilahnya New Style RT). Tapi meng-klik tombol RT ini mengakibatkan tweet yang anda RT akan tersiar (disampaikan) ke seluruh followers anda secara otomatis, tanpa ada kesempatan untuk mengedit (menambah/mengurangi) isinya. Ini seharusnya sudah cukup jadi petunjuk bahwa ‘RT bukanlah Reply To’. Seandainya pun anda tweeting via aplikasi (bukan dari website twitter.com), lalu anda pikir untuk apa tombol/fitur ‘reply’ disediakan di aplikasi anda? Ini bukan masalah ‘followers anda akan keberatan/tidak anda menjadi RT abuser’, ini tentang ‘apakah anda sudah melakukan hal (tweeting) dengan tepat’.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Semua ini adalah opini gue yang gue dapat dari pengalaman dan pengetahuan gue tentang twitter. Apa yang gue tulis diatas bukanlah aturan baku, lebih ke semacam guideline. Gue pribadi termasuk orang yang berpendapat “some rules are made to be broken”. Dan sampe tulisan ini dibuat, gue pun sesekali menjelma jadi seorang RT abuser. Tanpa bermaksud mencari pembenaran, berikut alasan gue saat menjelma jadi RT abuser:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1) Ngajak followers gue untuk membahas suatu topik. Misal, isi tweet-nya seperti ini >></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">#RealMan gak nonton Twilight Series RT @Bayu: @Lendra lo udah nonton New Moon/belum, Len?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Itu artinya @Lendra menjawab tweet @Bayu via RT (harusnya via reply kan?) karena @Lendra ingin mengajak semua followersnya berdebat dengan topik “cuma cewek yang nonton Twilight Series”.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2) Ngelawak. Misal, isi tweet gue seperti ini >></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">*Diiringi lagu dugem* RT @Lendra: *Joget di tiang* RT @Bayu: *Buka Celana* RT @Pratama: Gerah! *buka baju*</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Itu, artinya gue, @Lendra, dan @Bayu sedang bercanda, membuat @Pratama seolah sedang menari striptease <img alt="" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/15.gif" title="Smilie" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Mungkin ada diantara kalian yang gak setuju dengan yang gue/orang lain lakukan, apapun alasannya. Mungkin dia RT abuser, mungkin dia tukang nyampah, mungkin dia labil dll; itu hak kalian untuk menilai. Cuma gue minta tolong: kalau memang kalian merasa gue/orang lain udah melakukan kesalahan, coba kalian tegur dengan halus atau beritahu bahwa yang kami lakukan adalah hal yang tidak tepat. Banyak pengguna twitter yang dengan mudahnya meng-unfollow (bahkan mem-block & report as spam) sebuah akun twitter hanya karena alasan ‘gak suka’. Ayolah… ini jejaring sosial, mari berinteraksi, mari saling mengingatkan. Begitu juga kalau kalian mulai mem-follow sebuah akun twitter, jangan diem aja. Disapa dong, kasih tau kenapa kalian memfollow dia, kenal dia darimana, dan sebagainya. Oke? <img alt="" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/15.gif" title="Smilie" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sudah yaa…</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Catatan:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">@Lendra, @Bayu, dan @Pratama adalah akun contoh, gue gak kenal sama pemilik akun tersebut. Alesan gue make ketiganya sebagai contoh adalah karena nama gue Lendra Bayu Pratama (biar gampang aja). Kalau kalian adalah pemilik salah satu akun tersebut, dan merasa tersinggung karena gue gunakan secara sembarangan, tolong kasih tahu gue ya? Biar langsung gue ganti. ID twitter gue @pemirsa. Buat yang mau follow gue juga silahkan aja <img alt="" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/15.gif" title="Smilie" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Untuk yang ingin cari keterangan lebih lanjut tentang RT, silahkan tanya ke akun @RTbukanReplyTo <img alt="" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/15.gif" title="Smilie" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">dikutip dari <a href="http://wordcrafter.posterous.com/sejarah-rt-retweet-dan-penggunaannya" target="_blank">SINI</a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">use reply instead RT (and edit) :</div><div style="text-align: justify;"></div>Quote: <br />
<table border="0" cellpadding="6" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr> <td><div>Originally Posted by <b>9litser</b> <a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?p=222129988#post222129988" rel="nofollow"><img alt="View Post" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/buttons/viewpost.gif" title="View Post" /></a></div><div>pake reply biasa juga bisa kok. pake format: <b>@username</b> sale sampe tanggal 12 juni <b>(Re: sale sneakers) cc: @username2 @username3</b><br />
dimana:<br />
@username = orang yang kita reply<br />
Re: blablabla = topik yang diobrolin<br />
cc: (carbon copy) = kalo mau mention beberapa user sekaligus<br />
repot? ya terserah sih. asal ga mencak2 aja kalo ada followers situ yang tiba2 unfollow (lagi2 kasus jamak, kalo di-unfollow ngambek)</div></td> </tr>
</tbody> </table><div style="text-align: justify;"></div>Quote: <br />
<table border="0" cellpadding="6" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr> <td><div>Originally Posted by <b>9litser</b> <a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?p=222241758#post222241758" rel="nofollow"><img alt="View Post" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/buttons/viewpost.gif" title="View Post" /></a></div><div>kalo format penulisan kita <b>@username [spasi] message</b> akan dianggap sebagai reply to dan hanya muncul di timeline orang yang dimaksud. kalo formatnya <b>message [spasi] @username</b> sih sama aja bo’ong, tetep ngeflood tuh karna keitungnya mention doang.</div></td> </tr>
</tbody> </table><div style="text-align: justify;"></div>Quote: <br />
<table border="0" cellpadding="6" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr> <td><div>Originally Posted by <b>Kizishima</b> <a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?p=222469418#post222469418" rel="nofollow"><img alt="View Post" border="0" src="http://www.kaskus.us/images/buttons/viewpost.gif" title="View Post" /></a></div><div>Kalo pake <i>reply</i>, dibawah tweet lo bakal ada tulisan <i><b>in reply to hendra</b></i>. Tulisan itu link ke tweet yang lo bales. Kalo diklik, lo bisa liat tweet mana yang lo bales. <span style="font-size: xx-small;">Nama hendra cuma contoh.</span></div></td> </tr>
</tbody> </table><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /><i> sumber: </i>http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4265591Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-22142235916009827692010-09-02T23:25:00.000+07:002010-09-02T23:25:43.623+07:00Perbedaan Implementasi, Evaluasi dan Monitoring<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><a href="http://rezaantonius.files.wordpress.com/2010/01/image4.png?w=500&h=335" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="aligncenter" height="134" src="http://rezaantonius.files.wordpress.com/2010/01/image4.png?w=500&h=335" width="200" /></a>Konsep <strong>Implementasi</strong><em> </em>menurut Meter dan Horn (1975) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu institusi (pemerintah atau swasta) baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan. Wibawa (2005:16) menjelaskan bahwa kegiatan implementasi mulai berlangsung pada tahap penyusunan program hingga eksekusi program. Contoh dari implementasi kebijakan adalah Pemerintah menentukan kebijakan Pengentasan Kemiskinan. Kemudian menyusun program dengan melakukan langkah berikut (1) mengidentifikasi masalah kemiskinan yang harus di intervensi, (2) menegaskan tujuan apa yang harus dicapai dalam kebijakan pengentasan kemiskinan? (3) Merancang struktur proses implementasi. Maka salah satu program muncullah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Kemudian secara implementatif PNPM Mandiri diterjemahkan secara operasional menjadi proyek-proyek tertentu berdasarkan kebutuhan sasaran program (Masyarakat Desa).</div><a name='more'></a><span id="more-521"></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Sedangkan konsep <strong>Evaluasi</strong> adalah aktifitas periodik dimana kita ingin mengetahui dampak suatu proyek, program hingga kebijakan. Hasil dari kegiatan evaluasi tersebut berupa informasi yang akan digunakan untuk memperbaiki atau malah menghentikan proyek, program hingga kebijakan diperiode mendatang. Contoh kegiatan Evaluasi adalah Evaluasi dampak PNPM Mandiri se-Indonesia. Apakah Tujuan yang telah ditetapkan dalam PNPM sudah tercapai? Berapa persen? Apakah sudah sesuai dengan sasaran?</div><div style="text-align: justify;">Berbeda dengan konsep <strong>monitoring</strong> dimana hal tersebut merupakan aktifitas yang dilakukan pada saat itu dan terus menerus (ongoing activity) dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui derajat penyimpangan suatu implementasi. Informasi yang dikumpulkan dari monitoring digunakan untuk mengkoreksi program atau proyek yang sedang berlangsung. Contoh kegiatan monitoring adalah : Monitoring Proyek Pembangunan Jalan di Desa A, Kecamatan B, Kabupaten C sebagai bentuk implementasi PNPM Mandiri di Kabupaten C.</div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-24575514836844862792010-09-02T23:20:00.002+07:002010-09-02T23:22:57.934+07:00Implementasi, Evaluasi Implementasi dan Evaluasi Dampak<div style="text-align: justify;"><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><a href="http://nabire.files.wordpress.com/2009/06/pnpm4.jpg?w=640&h=480" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="aligncenter" height="150" src="http://nabire.files.wordpress.com/2009/06/pnpm4.jpg?w=640&h=480" width="200" /></a>Perbedaan studi implementasi, evaluasi implementasi dan evaluasi dampak dapat dilihat dari <b>substansi </b>kebijakan. Menurut Samoedra Wibawa (2005:3) Kebijakan secara substantif terbagi menjadi dua aspek, yaitu Aksi dan Konsekuensi Kebijakan. Dalam Aksi kebijakan merupakan suatu aktifitas yang dimulai dari input dan proses. Guna mencapai tujuan kebijakan, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan berupa penghimpunan sumberdaya dan pengelolaan sumber daya tersebut. Hasil dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan dan aksi yang kedua secara terbatas disebut sebagai proses (implementasi) kebijakan. sedangkan konsekuensi kebijakan memiliki dua jenis pemahaman yaitu output dan dampak. Output adalah barang, jasa, atau fasilitas lain yang diterima oleh sekelompok masyarakat tertentu, baik kelompok sasaran maupun kelompok lain yang tidak dimaksudkan untuk disentuh oleh kebijakan. Output biasanya berupa dampak jangka pendek. Sedangkan dampak adalah perubahan kondisi fisik maupun social sebagai akibat dari output kebijakan. Dampak disini yang dimaksud adalah dampak jangka panjang.</div><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span id="more-524"></span></div><div style="text-align: justify;">Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara substantif, kegiatan dalam studi implementasi terdiri dari aksi kebijakan berupa input dan proses, sedangkan evaluasi implementasi merupakan studi atas konsekuensi kebijakan berupa output sedangkan evaluasi dampak merupakan studi atas konsekuensi kebijakan berupa dampak yang ditimbulkan rentetan aktifitas input, proses dan output kebijakan.</div><div style="text-align: justify;">Secara <b>metodologis</b>, studi implementasi, evaluasi implementasi dan evaluasi dampak dapat dibedakan dengan pendekatan yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian. Studi implementasi sering menggunakan pendekatan ekploratif. Studi evaluasi implementasi dapat menggunakan pendekatan Deskriptif dan kausal. Sedangkan evaluasi dampak dapat menggunakan pendekatan deskriptif, eksplanatif dan kausal yang didalamnya berupa penilaian terhadap kepatuhan, auditing dan akunting.</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan secara aplikatif, studi implementasi, evaluasi implementasi dan evaluasi dampak dapat dibedakan melalaui suatu kegiatan kebijakan. Dalam studi implementasi, kebijakan dinterpretasikan sebagai program. Contoh: guna menjalankan kebijakan Pengentasan Kemiskinan pemerintah membuat Program PNPM Mandiri. Dalam program PNPM mandiri akan terdiri aksi berupa menyusun dan menganggarkan proyek-proyek pemberdayaan di desa, pelatihan pemberdayaan masyarakat, penyaluran dana dll. Setelah diterjemahkan sebagai program dan proyek lalu diikuti dengan tindakan fisik. Ketika tindakan fisik dilakukan maka akan timbul konsekuensi dan menjadi focus dari studi evaluasi implementasi dan evaluasi dampak.</div><div style="text-align: justify;">Output dalam suatu program dalam hal ini contohnya PNPM Mandiri adalah tersedianya MCK di desa, Jembatan desa terbangun, Jalan di desa sudah menjadi baik dapat menghubungkan desa dengan desa lain, Gedung madrasah didirikan dan semua anak dapat sekolah di madrasah, Masyarakat mendapat bantuan modal usaha bergilir sehingga makin banyak warga desa mempunyai usaha sendiri.</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan output yang diperoleh, studi evaluasi dampak kemudian ingin melihat, apakah ada perubahan secara social sebagai bentuk dampak jangka panjang. Apakah dengan PNPM mandiri dapat menciptakan kemandirian desa? Apakah masyarakatnya sudah maju (sejahtera) secara ekonomi? Apakah tingkat pengangguran sudah menurun? Apakah tingkat pendidikan didesa tersebut sudah meningkat?</div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-36969590488492259862010-08-14T01:43:00.003+07:002010-08-14T02:04:59.548+07:00Agar postingan bisa di share ke berbagai Situs Social Media Diantara kita pasti ingin tulisan/postingan di blog kita bisa dishare lewat facebook, twitter dan beberapa akun situs media sosial milik kita. Nah Add to any mengediakan fasilitas itu di blogger. Caranya:<br />
<br />
*Buka <b>Layout</b> > <b>Edit HTML</b><br />
<br />
*ceklist <b>Expand Widget Templates</b><br />
*dalam template kode, cari <code class="highlight"><data:post.body></data:post.body></code> pakai fasilitas find (cari) di browser's kamu dengan ketik ctrl + f (manualnya <b>Edit</b> ---> <b>Find</b>)<br />
*setelah ketemu <code class="highlight"><data:post.body></data:post.body></code>, paste dibelakang kode tersebut:<br />
<br />
<!-- AddToAny Share/Save BEGIN --><br />
<br />
<br/><a class='a2a_dd' href='http://www.addtoany.com/share_save'><img alt='Share/Bookmark' border='0' src='http://static.addtoany.com/buttons/share_save_171_16.png' width='171' height='16'/></a><p class='a2a_linkname_escape' style='display:none'><data:post.title/></p><script type='text/javascript'>a2a_linkname_escape=1;a2a_linkurl="<data:post.url/>";</script><script src='http://static.addtoany.com/menu/page.js' type='text/javascript'></script><br />
<br />
<!-- AddToAny Share/Save END --&gt<br />
<br />
*klik Save template.. jadi deh....Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-77816517447959379502010-08-14T00:04:00.009+07:002010-08-14T00:49:17.614+07:00social networks and government<h3>What are Social Networks?</h3><div style="text-align: justify;"><img alt="" class="alignleft" height="83" src="http://www.usa.gov/webcontent/images/webcontent_gov_logo.gif" width="312" /> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Social networking sites are websites that connect people. In these online communities, people can join (for free) and at a minimum, establish a page with their profile.</div><div style="text-align: justify;">The most popular, MySpace and Facebook, also have groups, which are feature–rich chat boards for members. A popular professional social networking site, LinkedIn, offers sections for jobs, service provider recommendations, and questions. All allow users to find people they know among the members, or look for other members with similar interests or affiliations. These sites make it easy to establish networks of contacts. Other Web 2.0 technologies, such as Wiki products (e.g., WikiMedia) and photo–sharing sites (e.g., Flickr), also have social networking aspects to them.</div><a name='more'></a><span id="more-454"></span><br />
<h3>Potential Uses of Social Networks by Government</h3><div style="text-align: justify;">Public social networking sites can be used to further promote government information and services. This could include setting up a LinkedIn group, a Facebook group, or a Ning community. By setting up a group in Facebook, for example, government can bring people together who are employees with those who are interested in a facet of an agency’s work and information. Doing so expands the government’s outreach capabilities and ability to interact.</div><div style="text-align: justify;">Public social networking sites can also be used for recruitment. Agencies could advertise jobs and answer questions about jobs on sites such as LinkedIn to attract students and professionals, provided they have already listed their federal jobs on the federal government’s official jobs site <a href="http://www.usajobs.gov/">USAjobs.gov</a>.</div><div style="text-align: justify;">Public social networking sites are a great way to announce events. The Columbus, Ohio, Chamber of Commerce worked with students at Ohio State University to use Facebook to announce the opening event of a new restaurant, leading to long lines of students waiting outside in cold weather until the restaurant opened. The restaurant had the biggest opening day ever for the restaurant chain.</div><div style="text-align: justify;">Social networking sites with government partners can help achieve a government’s mission. See the NASA example discussed below.</div><div style="text-align: justify;">Interagency and intergovernmental social networking sites can promote cooperation across government. Internal social networking sites can establish connections across traditionally stovepiped and geographically dispersed organizations. Employees could form groups on social networking sites to overcome stovepipes within organizations.</div><h3>Examples of Government Using Social Networks</h3><div style="text-align: justify;">NASA built <a href="http://www.nasacolab.org/">its own community building</a>, <a href="http://colab.arc.nasa.gov/">collaborative workspace site</a>. NASA’s CoLab program develops and supports online and offline communities collaborating with NASA. With the involvement of many NASA centers, CoLab provides frameworks for partnership projects between the nation’s space program and talented, creative, tech-savvy communities. In addition to getting people more interested and involved with the space program, CoLab provides a way for individuals to actually contribute to NASA.</div><div style="text-align: justify;">Many government agency networks and groups have sprung up on sites like Facebook. <a href="http://register.facebook.com/networks/50434445/Environmental_Protection_Agency_EPA/">EPA’s facebook network</a>, for example, has over 750 members—anyone with an EPA email address can become a member of the group. There are similar examples for most agencies.</div><div style="text-align: justify;">USA.gov started a <a href="http://www.facebook.com/USAgov">Facebook USAgov page</a> in March 2008, for RSS feeds, videos, photos, and other news. The public is invited to become a “fan” of that page.</div><div style="text-align: justify;">The CIA has used Facebook to invite students to apply to work at the agency.</div><div style="text-align: justify;">The <a href="http://www.flickr.com/photos/library_of_congress">Library of Congress’ Photostream in Flickr</a> is a good example of posting the government’s public domain photos on a social networking site where the public can comment on the photos.</div><h3>Government Issues</h3><div style="text-align: justify;">Some agencies have blocked use of social networking sites from government workplaces, citing concerns of proper use, bandwidth, and security. An agencywide ban, without waivers, prevents web managers, communications professionals, and others in the organizations from using these tools to help market and achieve the agency’s mission.</div><div style="text-align: justify;">There is nothing to prevent individuals from participating on social networking sites as individuals. However, it may not be clear in some agencies what official interaction agency employees can have on social networking sites.</div><h3>Additional Resources on Social Networks</h3><ul style="text-align: justify;"><li><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Social_network">Wikipedia’s Definition of Social Networks</a></li>
<li><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_social_networking_websites">List of Social Networking Websites, on Wikipidia</a></li>
<li><a href="http://www.facebook.com/">Facebook</a></li>
<li><a href="http://www.linkedin.com/">LinkedIn </a></li>
<li><a href="http://www.myspace.com/">MySpace</a></li>
</ul>source : http://www.usa.gov/webcontent/technology/social_networks.shtml<br />
<span class="fullpost"></span>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-77521038042994891612010-08-10T20:50:00.002+07:002010-08-10T21:18:12.746+07:00Met Menjalankan Ibadah Puasa<img border="0" height="0" src="http://counters.gigya.com/wildfire/IMP/CXNID=2000002.0NXC/bT*xJmx*PTEyODE*NDkyODQ2MDkmcHQ9MTI4MTQ*OTQ1NjkzNyZwPTIzODk4MSZkPWlDYXJkJTNhJTIwY2FyZF9yYW1hZGFuJmc9/MSZvPTIzNmJmZTc4NGUyMjRhNzlhZmY*OWFmNWMyY2FiMzIxJm9mPTA=.gif" style="height: 0px; visibility: hidden; width: 0px;" width="0" /><br />
<div style="text-align: center; width: 100%;"><a href="http://www.al-habib.info/" style="text-decoration: none;" title="Islamic Greeting Card by Alhabib"><img height="320" id="previewImg" onmouseover="this.style.cursor='pointer'; return false;" src="http://lh3.ggpht.com/_EG4WK-4Uz7g/SNJ57BAU1bI/AAAAAAAAAV4/aRWtDrLf0zQ/s320/rmdn_cleanheart.jpg" style="border: 0px none; width: 250px;" width="150" /><br />
<small>Islamic Greeting Card by Alhabib</small></a></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-42322872112877332042010-07-30T16:31:00.001+07:002010-07-30T16:37:48.213+07:00Peran Social Media Networking for Gov 2.0 di Indonesia[1]<div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Oleh Anis Fuad<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn2" mce_href="#_ftn2"><b>[2]</b></a></b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Abstrak</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><i>Potensi besar facebook dan beberapa situs jejaring social </i>(Social Media Networking)<i> lainnya tidak pernah dilirik banyak orang dalam bidang kepemerintahan khususnya penyelenggaraan </i>e-government<i> di Indonesia. Sedikit para pelayanan publik memanfaatkan </i>Social Media Networking<i> untuk melayani dan mendekatkan diri pada masyarakat. Sedikit pula para pembuat kebijakan memahami bahwa </i>Social Media Networking<i> bisa menjadi alat bantu untuk mengumpulkan berbagai masukan dari masyarakat dalam membuat suatu kebijakan. Melayani masyarakat hingga membuat suatu kebijakan yang partisipatif lewat </i>e-government<i> sesungguhnya tidak perlu rumit dan mahal. Faktor terpenting dalam menjalankan pemerintahan di abad ini adalah kreatif, inovatif dan berfikir efektif serta efisien. Untuk menciptakan partisipasi masyarakat yang begitu massif sesungguhnya tidak membutuhkan biaya mahal. Manfaatkan teknologi yang ada, lihat teknologi apa yang berkembang di masyarakat dan ikutilah arus mereka (masyarakat).<b> </b></i></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Kata Kunci: <i>E-gov, Social Media Networking, Gov 2.0, partisipasi</i> <b> </b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>A. </b><b>Pendahuluan</b> <b> </b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>1. Latar Belakang</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Saat ini, facebook telah menjadi keseharian bagi 25,912,960 orang Indonesia<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn3" mce_href="#_ftn3">[3]</a>. Namun disaat yang sama banyak orang khawatir dengan dampak yang ditimbulkan facebook. Beberapa waktu lalu media massa memberitakan ada banyak kejadian negatif yang semuanya timbul karena penyalahgunaan situs jejaring sosial terpopuler di dunia ini. Facebook menjadi tersangka dari maraknya kejahatan seperti penculikan, penipuan, pelacuran hingga pencemaran nama baik.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Namun tentu kita juga ingat, betapa efektifnya peran media jejaring sosial (<i>Social Media Networking</i>) yang dimanfaatkan Barack H. Obama sebagai alat kampanye dan penarik simpati massa di pemilihan Presiden Amerika 2008 lalu. Facebook dan beberapa media jejaring sosial lainnya berhasil membantu memenangkan Obama menjadi Presiden Amerika Serikat. Kelatahanpun terjadi di Indonesia. Banyak politisi memanfaatkan facebook sebagai media kampanye mereka di Pemilu 2009 lalu dan juga berhasil. Facebook-pun telah memberikan jasa besar bagi perkembangan demokratisasi di Indonesia.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Kita tidak mungkin lupa bagaimana perjuangan Prita Mulya Sari yang dibangun para “<i>facebooker</i>” dan netizen menghantam ketidakadilan hukum di dunia nyata. Istilah “cicak dan buaya” menjadi terkenal didunia maya dan memunculkan Bibit-Chandra sebagai aktor utama dalam gerakan massif <i>facebooker</i> mendukung perjuangan gerakan anti-korupsi dan kriminalisasi KPK.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Bagi penulis, inilah potensi besar facebook dan beberapa situs jejaring sosial lainnya yang tidak pernah dilirik banyak orang dalam bidang kepemerintahan khususnya penyelenggaraan <i>e-government</i> (e-gov) di Indonesia. Sedikit para pelayanan publik memanfaatkan facebook untuk melayani dan mendekatkan diri pada masyarakat. Sedikit pula para pembuat kebijakan memahami bahwa facebook bisa menjadi alat bantu untuk mengumpulkan berbagai masukan dari masyarakat dalam membuat suatu kebijakan.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Potensi besar facebook ini mengingatkan pada praktek e-gov di Indonesia yang masih jalan ditempat karena berbagai alasan. Dana yang besar untuk membangun infra dan suprastruktur hingga keterbatasan sumber daya manusia.</div><a name='more'></a> <img alt="" class="mceWPmore mceItemNoResize" mce_src="https://anisganteng.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif" src="https://anisganteng.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif" title="Selebihnya..." /><br />
<div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>2. Rumusan Masalah</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Media jejaring sosial telah dimanfaatkan oleh banyak kalangan dan mempunyai peran penting dalam menghubungkan (<i>interrelated</i>) antar warga masyarakat (<i>citizen</i>) di Indonesia. Pertanyaan menarik adalah bagaimana peran media jejaring sosial (<i>Social Media Networking</i>) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pada saat ini? Apakah potensi media jejaring sosial dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah di Indonesia? Faktor apa penyebabnya? </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>3. Tujuan </b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Tujuan kajian ini adalah menganalisis peran media jejaring social (<i>Social Media Networking</i>) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia saat ini. Kajian ini juga mengeksplorasi sampai dimana potensi media jejaring sosial dimanfaatkan oleh pemerintah di Indonesia serta mencari faktor penyebabnya. </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>B. </b><b>Kajian Literatur</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">1. <b><i>ICT </i></b><b>dan<i> Electronic Government</i></b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Penggunaan ICT dalam birokrasi pemerintahan menjadi keharusan diberbagai penjuru dunia. Menurut Killian (2008), penggunaan ICT secara umum dan e-gov<i> </i>secara khusus di desain untuk memfasilitasi komunikasi antara pemerintah dan warga masyarakat (<i>citizens</i>).</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Berdasarkan beberapa hasil kajian yang telah dilakukan beberapa ahli, penggunaan ICT, khususnya e-gov<i> </i>mempunyai dampak yang positif terhadap bidang lain. Sudarto (2006) mencatat hasil penelitian ITU, setiap satu persen investasi dibidang TI akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi mencapai 3 persen. Penggunaan sumberdaya alam juga menjadi hemat, karena terjadi perubahan dari perkantoran berbasis kertas menjadi tanpa kertas (<i>paperless</i>). Dengan demikian penggunaan ICT diharapkan mampu mempercepat upaya memperbaiki birokrasi.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Hasil studi Kraemer dan King (2006) menyatakan bahwa pengunaan ICT adalah sebagai katalisator dan instrument penting dalam reformasi administrasi. Kraemer dan King (mengutip Fountain, 2002; Garson, 2004; Gasco, 2003; Reinermann, 1988; Weiner, 1969) menjelaskan hubungan penggunaan ICT dalam reformasi administrasi,</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><i>“We define administrative reform as efforts to bring about dramatic change or transformation in government, such as a more responsive administrative structure, greater rationality and efficiency, or better service delivery to citizens. Toward these ends, governments historically have undertaken structural reforms, such as city-manager government; budget reforms, such as the executive; performance and program budgets; financial reforms, such as unified accounting; personnel reforms, such as merit-based employment and pay; and many others. Computing has been viewed as an instrument of such reforms and also as a reform instrument, per se. Such instruments are illustrated by urban information systems, integrated municipal information systems, computer-based models for policymaking, geographic information systems, and, most recently, e-government. The rhetoric of these computing-based reform efforts has been that computing is a catalyst that can and should be used to bring about dramatic change and transformation in government”</i></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><i> </i></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Fountain (2002) yang dikutip Kraemer dan King (2006) mengatakan, “<i>Technology is a catalyst for social, economic and political change at the levels of the individual, group, organization and institution.</i>” Di era e-gov saat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa penggunaan ICT dalam pemerintahan dapat mendorong pelaksanaan birokrasi lebih efektif. Kualitas yang baik dalam pelayanan publik, dan kemudahan akses publik terhadap informasi dan pelayanan yang disediakan pemerintah. <i> </i></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Dalam konsep reformasi manajemen publik salah satu dari sembilan reformasi manajemen Bresser-Pereira (2004) adalah mengadopsi secara luas teknologi informasi khususnya teknologi internet untuk mengaudit, pembayaran pembelian hingga berbagai macam registrasi pelayanan. Lebih lanjut Bresser-Pereira (2004) mengatakan, “<i>The new information technology was the central underlying change. It reduced the costs and increased the speed of communications, enabling financial markets to work internationally in real time, and an international civil society to mobilize people for political causes</i>.”</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Penggunaan ICT dalam penyelenggaraan administrasi dan birokrasi dalam suatu negara merupakan keniscayaan dan merupakan fenomena global dari adanya globalisasi. Hal demikian tidak terkait sebuah Negara menganut ideologi tertentu, tapi ada banyak manfaat yang diperoleh dari teknologi.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Di Serbia, salah satu negara di Eropa timur juga melihat penggunaan ICT maupun pengetahuan sebagai faktor kunci dalam keberhasilan kinerja dan produktifitas. Lilić dan Stojanović (2007) mengatakan bahwa dalam lingkungan ekonomi berbasis pengetahuan, ide e-gov sebagai dampak dari syarat efektifitas dan efisensi.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Tiga elemen dasar yang dituju dalam pelaksanaan e-governement di Serbia adalah a) menjamin pemerintah yang terbuka dan transparan pada aktifitas lembaga-lembaga pemerintah; b) Menyediakan pelayanan on-line yang memudahkan warga negara (<i>citizens</i>) menggunakan internet untuk membayar pajak, akses untuk mendaftarkan berbagai layanan (<i>access registries</i>), mempermudah prosedur (<i>make applications or undertake procedures</i>), memilih wakil rakyat (<i>elect their representatives</i>), memberikan kritik dan saran (<i>express their opinions</i>) dan berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, serta c) menghubungkan berbagai lembaga pemerintah dengan lembaga pemerintah lainnya.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Berdasarkan pertimbangan diatas Lilić dan Stojanović, (2007) menyimpulkan bahwa e-gov adalah element kunci dalam reformasi birokrasi di Serbia. Mereka mengatakan,</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">“<i>The goal of e-government development is to secure an efficient path of the public administration to the 21 century and that citizens can conduct as many administrative procedures in the future through the Internet as possible. Such action would exclude unnecessary waiting and would save precious time. Within this context, e-government is the key part of public the administration reform strategy in Serbia.”</i></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Pengalaman empiris lain dibuktikan oleh Ibei dan forje (2009) ketika ICT di pergunakan dalam administrasi dan birokrasi di Kamerun. Mereka lebih percaya bahwa reformasi administrasi dan akuntabilitas pelayanan publik dapat berjalan di kamerun jika menerapkan penggunaan ICT dan e-gov. Ibei dan Forje menyebutkan bahwa dalam “<i>The AFRICAN Governance programme</i>”, beberapa <i>pilot project</i> dibeberapa Negara Afrika sudah melakukan pengenalan <i>e-administration</i> dan beberapa negara malah sudah mengimplementasikan. Khusus dalam proyek <i>Telemedicine </i>dapat dikatakan sukses dalam implementasinya di Kamerun.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Artinya, kamerun sebagai bagian negara di benua Afrika yang dikenal sebagai kawasan terbelakang dan salah satu negara dunia ketiga saja dapat merasakan manfaat yang lebih dari penggunaan ICT dalam adminsitrasi dan birokrasi di negara tersebut. Di Indonesia, dimana penetrasi ICT sudah mengalami kemajuan, seharusnya dapat menggunakan ICT secara maksimal dalam penyelenggaraan administrasi dan birokrasi. </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>2. </b><b><i>E-democracy, Social Media Networking </i></b><b>dan<i> Gov 2.0</i></b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Penggunaan ICT dalam pemerintahan memberikan dampak yang menggembirakan dalam proses demokratisasi dan pelayanan masyarakat. E-gov mempermudah pola hubungan antara administrasi, politik formal dan <i>civil society</i> lebih efektif (Gronlund: 2002). Ketika semua simpul saling berinteraksi, berdiskusi dalam ruang publik maya (<i>virtual public sphare</i>) dan berkolaborasi dalam membuat keputusan maka muncullah apa yang disebut <i>Electronic Democracy</i> (e<i>-democracy</i>). <i>E-democracy</i> atau <i>Virtual Democracy</i> (Norris & James; 1998), <i>Digital Democracy</i> (Hague; 1999), <i>Democracy Online</i> (Shane; 2004) merupakan konsep demokrasi yang berkembang saat ini dan menjadi bentuk demokrasi terpenting di masa depan. Proses demokrasi akan menjadi massif dan berjejaring kuat di tiap stakeholder dengan bantuan ICT. E-gov dan demokrasi melebur menjadi satu potongan <i>puzzle</i> <i>e-democracy</i>. Dimana kampanye online, lobby, <i>activism</i>, berita politik, atau diskusi warga negara, politik dan tatapemerintahan (<i>governance</i>) hari ini menjadi online diseluruh dunia (Clift; 2003).</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><i>E-democracy</i> merupakan jawaban dari teoritisasi Habermas mengenai masyarakat komunikatif, <i>public discourse</i> dan <i>public sphare</i>. Tegaknya demokrasi dengan terjaminnya ruang publik yang netral, terbuka dan kolaboratif menciptakan wacana rasional yang berpengaruh pada proses-proses pembuatan kebijakan yang <i>legitimate</i> dan rasional pula.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Salah satu perangkat dalam menciptakan <i>e-democracy</i> pada masa kini adalah kehadiran media jaringan social (<i>social media networking</i>) yang sangat massif melibatkan banyak pihak seperti Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Wikipedia, weblog, dan beberapa nama lainnya<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn4" mce_href="#_ftn4">[4]</a>.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Media jejaring sosial di atas merupakan perkembangan dari teknologi web 1.0 menjadi web 2.0. Web 1.0 merupakan generasi pertama dari website yang bercirikan <i>consult, surf</i> dan <i>search</i>.<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn5" mce_href="#_ftn5">[5]</a> Website generasi pertama hanya berfungsi sekedar mencari atau browsing untuk mendapatkan informasi tertentu. Ciri lainnya adalah terletak pada penampilan web statis, kaku dan satu arah. Sedangkan web 2.0 mempunyai ciri penting yaitu <i>share, collaborate</i> dan <i>exploit</i>. Berbagi, kolaborasi dan mengekploitasi interaksi antar pengguna menjadi keunggulan web 2.0 yang bisa ditemukan di berbagai aplikasi internet seperti yang disebutkan di atas.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Media Jejaring sosial berbasiskan web 2.0 merupakan gambaran konstruksi sosial saat ini yang diciptakan oleh kecanggihan teknologi. Oleh karena itu web 2.0 sesungguhnya mempunyai kekuatan yang sangat potensial untuk menciptakan <i>e-democracy</i> yang efektif. Pada perkembangan selanjutnya Web 2.0 menjadi sarana yang tepat untuk membantu pemerintahan dimanapun dalam menjalankan e-gov yang dapat melibatkan semua stakeholder lebih dekat, murah dan demokratis. Maka muncullah istilah Government 2.0 atau Gov 2.0.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Menurut Traunmüller dan Kepler (2009) Pada sisi warga masyarakat (<i>citizen</i>), aplikasi Gov 2.0 menjamin terselenggaranya aktivitas warga secara online meliputi partisipasi, petisi, kampanye, monitoring, penegakan hukum, permodelan perilaku warga Negara dalam berinteraksi dengan warga Negara lainnya serta pemberian saran dan penilaian terhadap pelayanan publik.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Sedangkan di sisi administratif, aplikasi Gov. 2.0 meliputi aktifitas online berupa <i>feedback for improvements</i>, kolaborasi lintas instansi, <i>good practice exchange</i>, pembuatan peraturan dan hukum serta manajemen pengetahuan <a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn6" mce_href="#_ftn6">[6]</a> </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>3. </b><b><i>Evidence Based Policy </i></b><b>dan<i> E-Cognocrac</i>y</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Teknologi Web 2.0 sudah memudahkan pemerintah di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk mengembangkan e-gov menjadi lebih mudah dan murah. Memudahkan pemerintah untuk lebih dekat dengan masyarakatnya. Kebijakan publik dengan cara melibatkan masyarakat banyak dalam proses pembuatan keputusan dapat dilakukan melalui media situs jejaring sosial, dimana salah satunya adalah dengan memanfaatkan facebook dan twitter.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Kondisi inilah yang disebut Piles, dkk (2006) serta Jimenez (2006) sebagai e-cognocracy. E-cognoracy adalah sistem demokrasi terbaru yang berfokus pada penciptaan dan penyebaran pengetahuan di masyarakat yang terkait dengan bagaimana kompleksitas masalah dapat dipecahkan secara ilmiah sehingga pembuatan keputusan publik dapat dilakukan dengan baik. E-cognocracy menawarkan formulasi khusus untuk menciptakan partisipasi warga Negara (<i>citizen</i>) dalam proses pembuatan keputusan dengan pendekatan <i>Multi-criteria Decision Making</i>.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">E-cognocracy menjadi konsep yang menjembatani kebijakan publik berbasis fakta (<i>evidence based policy</i>). Fakta berupa kritik, saran serta masukan dari para stakeholder termasuk masyarakat menjadi bahan baku pemerintah dalam membuat kebijakan publik yang rasional. Media jejaring social seperti facebook dan twitter menjadi alat yang efektif untuk mengumpulkan fakta-fakta tersebut.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Dengan demikian e-cognocracy adalah sistem demokratisasi terbaru yang bekerja untuk menciptakan peradaban baru yang lebih terbuka, transparan, dan masyarakat yang bebas. Pada waktu yang sama, setiap warga negara saling terkait dan saling terhubung dalam kondisi yang penuh partisipasi, seimbang, saling peduli dan membutuhkan.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">E-Cognocracy merupakan jawaban bagi keterbatasan demokrasi tradisional. E-Cognocracy tidak saja menyediakan ruang untuk keterlibatan masyarakat secara luas didalam pemerintahan tapi juga fokus pada proses dimana pengetahuan masyarakat berelasi dengan pemecahan masalah secara ilmiah. E-cognocracy sebagai katalisator proses belajar bersama untuk menciptakan kesadaran (kognisi) politik masyarakat dalam kehidupan bersama, dan internet adalah alat komunikasi pendukungnya.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">E-cognocracy adalah kombinasi dari tiga ranah ilmiah yaitu demokrasi sebagai bagian kajian teori politik, teori pengambilan keputusan dan penggunaan ICT khususnya pemanfaatan media jejaring social sebagai alat komunikasi dan mengkolaborasikan antar stakeholder (<i>collaboration governance</i>). E-Cognocracy mempertemukan model demokrasi representatif – dimana aktornya adalah para politisi yang ada dalam partai politik – dengan model demokrasi langsung dimana setiap warga negara berpartisipasi langsung dalam proses politik.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Masyarakat maya (<i>netizen</i>) di Indonesia merupakan masyarakat kritis yang sesungguhnya mempunyai kekuatan besar dalam menciptakan arus demokratisasi di Indonesia. E-cognocracy sebagai demokrasi digital mempunyai peran penting dalam berjalannya praktek kebijakan publik dan pemerintahan yang baik (<i>good governance</i>). E-cognocracy dapat mensejajarkan masyarakat dalam posisi yang seimbang dengan aktor politik dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Masyarakat kritis dan saling berbagi sangat diperlukan dalam e-cognocracy. Ada banyak asupan ide sekaligus kritik bagai proses kebijakan publik berkualitas. Ada kesamaan hak disana dan kedudukan yang egaliter diantar warga negara. Facebook bukan lagi milik politisi, artis, mahasiswa dan para eksekutif muda, tapi juga tukang ojek, tukang jamu hingga pembantu rumah tangga.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Mereka dapat mengakses facebook dan twitter lewat telepon genggamnya. Disitu pula potensi demokrasi digital tumbuh dan berkembang untuk memaksa kebijakan publik lebih representatif dan partisipatif. Pemerintah-lah kemudian menjadi jembatan penghubungan bagi semuanya dan situs jejaring sosial semacam facebook-lah sebagai alat penghubung dan pengumpul aspirasi yang paling murah dan efektif.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Contoh sederhana dari praktek e-cognocracy di Indonesia – walaupun tidak disadari hal itu sebagai e-cognocracy karena kemungkinan pemerintah tidak menggunakan metode <i>multi-criteria decision making</i> – adalah ketika begitu massifnya masyarakat Indonesia khususnya di dunia maya lewat facebook. twitter dan weblog, berpartisipasi penuh kesadaran dalam memberikan masukan pada kebijakan RPM konten Multimedia yang dikeluarkan Kementerian komunikasi dan Informasi pada waktu lalu.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Ketika RPM konten Multimedia dilemparkan ke ruang publik, banyak kritik dan masukan dari berbagai stakeholder yang akhirnya dapat mempengaruhi proses kebijakan publik tersebut. Ada debat dan diskusi yang membangun di situ. Akhirnya, berrdasar kritik dan masukan berkualitas yang diciptakan oleh interaksi antar masyarakat dan stakeholder di dunia maya, Menkominfo saat itu akhirnya membatalkan RPM Konten Multimedia tersebut.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Dengan kata lain, melalui ICT – termasuk memanfaatkan situs jejaring sosial – siapapun dapat memberikan masukan, kritik dan saran terhadap suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan memanfaatkan situs jejaring sosial, masyarakat mempunyai kekuatan politik yang sangat besar, bukan sekedar potensi tapi juga tindakan nyata yang dapat merubah tatanan hidup suatu bangsa. </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>C. </b><b>Pembahasan</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Jika ditilik dari berbagai website e-gov yang ada di Indonesia, nyaris tidak ada kebijakan e-gov berbagai daerah di Indonesia untuk memanfaatkan situs media jejaring sosial (<i>Social Media Networking</i>) sebagai <i>official account</i> untuk melayani masyarakat secara online. Hanya sedikit instansi pemerintahan yang menggunakan media jejaring social sebagai perangkat untuk mengumpulkan fakta sebagai bahan pertimbangan kebijakan, satu di antaranya Menkominfo, Tifatul Sembiring<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn7" mce_href="#_ftn7">[7]</a>. Hanya sedikit instansi pemerintahan yang menggunakan media jejaring social untuk melakukan demokratisasi.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Potensi Indonesia dalam bidang ICT dan penggunaan <i>social media networking</i> sangatlah besar. Menurut berbagai sumber<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn8" mce_href="#_ftn8">[8]</a> per juli 2010, pengguna internet lewat PC sekitar 25 juta orang dan lewat ponsel sekitar 9 juta dari 165 juta pengguna ponsel di seluruh Indonesia. Melonjaknya penggunaan ponsel di Indonesia salah satu penyebabnya adalah karena terjadi <i>booming</i> pemanfaatan media pertemanan online (<i>social media networking</i>) seperti facebook dan twitter. Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai pengguna facebook yaitu sebanyak 25,912,960 orang. Selain itu, pengguna Twitter di Indonesia diperkirakan sebanyak 5,6 juta orang.<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn9" mce_href="#_ftn9">[9]</a> Sayangnya dibidang pemerintahan hanya sedikit instansi pemerintahan dan pelayanan publik menyadari potensi tersebut.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Berdasarkan penelusuran penulis, seluruh kementerian di Indonesia memang sudah memiliki <i>account</i> facebook, namun keberadaan <i>account</i> tersebut bukan didasarkan pada kebijakan lembaga secara serius (<i>official account</i>) namun inisiasi dari lembaga pihak ketiga. Sehingga pada prakteknya, <i>account </i>tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Salah satu <i>best practice</i> pemanfaatan <i>social media networking</i> di Indonesia berasal dari Traffic Management Center (TMC) Ditlantas Polda Metro Jaya. Selain website, TMC Ditlantas Polda Metro Jaya menggunakan twitter dan facebook dalam melayani masyarakat di bidang lalu lintas<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn10" mce_href="#_ftn10">[10]</a>. Berdasarkan penelusuran penulis, account twitter dan facebook TMC Ditlantas Polda Metro Jaya sudah di manfaatkan masyarakat dengan baik. Banyak masyarakat saling berbagi informasi lalu lintas, hingga memberikan pertanyaan, kritik dan saran.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mengunakan ICT di Birokrasi pemerintah dan pelayanan publik khususnya dengan menggunakan <i>social media networking</i> menjadi kebijakan khusus ditiap Negara federal.<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn11" mce_href="#_ftn11">[11]</a> Ditiap situs e-gov pemerintah federal hingga pemerintah pusat Amerika Serikat, ada akun resmi (<i>official account</i>) di tiap situs <i>social media networking</i>.<a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftn12" mce_href="#_ftn12">[12]</a> Setiap instansi wajib memiliki minimal akun resmi facebook, twitter, youtube dan myspace untuk dapat melayani dan berhubungan langsung dengan masyarakatnya.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Berdasarkan fakta diatas, pertanyaan penting adalah mengapa e-gov di Indonesia khususnya pemanfaatan <i>social media networking</i> tidak dilakukan secara maksimal. Beberapa faktor dapat diuraikan sebagai berikut; pertama, jika kita menilik penetrasi penggunaan ICT di Indonesia, ada lompatan besar bahwa sesungguhnya masyarakat Indonesia sudah dapat menerima penggunaan teknologi sebagai bagian yang terpisahkan dalam kehidupan masyarakat (lihat Fuad, 2010). Contoh terbaru, dengan adanya aplikasi jejaring sosial di Internet semacam, Friendster, Twitter dan Facebook sesungguhnya penggunaan internet dan akses terhadap teknologi ICT di Indonesia melompat tajam menjadi 600 persen atau 6 kali lipat dari sebelumnya.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Dengan kata lain dengan beberapa intervensi dan strategi tertentu, sesungguhnya masyarakat sudah siap menerima perubahan budaya dalam bidang ICT. Namun pada pelaksanaan dilapangan belum ada upaya yang khusus dan serius oleh pemerintah Indonesia dalam penggunaan ICT untuk melayani masyarakat. Masih banyak SDM dalam birokrasi yang gagap teknologi ataupun ketika banyak aparat birokrasi sudah mulai mengenal teknologi, mereka bukan memanfaatkan teknologi untuk melayani masyarakat sebagai upaya efektifitas dan efisiensi malah menggunakan ICT hanya sebagai sarana hiburan belaka. Situs jejaring sosial semacam facebook bukan dimanfaatkan untuk mempermudah melayani masyarakat namun menjadi sumber penurunan produktivitas kerja.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Kedua, penggunaan e-gov oleh lembaga-lembaga pemerintah hanya sebatas menggugurkan kewajiban memenuhi anjuran pemerintah pusat via kemenkominfo. Malah, dalam kondisi tertentu e-gov dipandang sebagai proyek yang menggiurkan karena merupakan program <i>high-cost</i> dimana membutuhkan investasi dengan dana besar sehingga membuka kesempatan bagi banyak kalangan khususnya birokrasi pelaksana untuk menjadikan lahan korupsi.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Ketiga, secara statistik, implementasi e-gov di berbagai lembaga pemerintah dan daerah, 80 persen situs e-gov hanya sebagai situs penyedia informasi dan belum pada tahap interaksi apalagi transaksi pelayanan (lihat, Rokhman, 2008). Dengan kata lain penggunaan <i>media social networking</i> berbasis web 2.0 di berbagai situs eg-gov di Indonesia tidak dimanfaatkan secara maksimal.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Permasalahan terbesar penyelenggaraan e-gov di Indonesia adalah pemahaman para pembuat kebijakan dalam hal ini pimpinan birokrasi yang berangggapan bahwa penyelenggaraan e-gov hanya sekedar memiliki website berisi informasi lembaganya. Website dibanyak instansi pemerintah di Indonesia baru menerapkan web 1.0 yang kaku dan tidak interaktif. Jauh dari harapan dimana pelayanan online yang interaktif sesungguhnya mudah untuk dilakukan. Kajian lebih jauh mengenai hambatan-hambatan e-gov di Indonesia dapat dilihat beragam komentar yang secara keseluruhan menilai negatif implementasi e-gov di Indonesia pada link ini, <u><a href="http://virtual.co.id/blog/internet-marketing/e-goverment-yang-abai-komunikasi-online/" mce_href="http://virtual.co.id/blog/internet-marketing/e-goverment-yang-abai-komunikasi-online/">http://virtual.co.id/blog/internet-marketing/e-goverment-yang-abai-komunikasi-online/</a></u></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Selain itu bukti ketidakseriusan penggunaan ICT dan e-gov dalam pelayanan publik di Indonesia adalah dengan melihat hasil riset lembaga penelitian Brookings tahun 2009 tentang pelayanan publik menggunakan media internet yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 175 dari 198 negara yang dinilai. Peringkat Indonesia dapat dibilang mengalami penurunan dan kemunduran. Tahun 2008, Indonesia berada di peringkat ke-170, dan tahun 2009 turun menjadi 5 level. Indonesia menjadi negara Asia Tenggara terbawah dalam pelayanan pemerintah menggunakan media internet. Sementara Singapura menjadi yang termaju dengan menempati ranking ke-4. Atau bandingkan dengan dua negara terbelakang di Asia yaitu Afghanistan yang menduduki peringkat 76 dan Timor Leste yang berada diatas posisi Indonesia, yaitu diperingkat 156. (lihat <a href="http://www.yadmi.or.id/" mce_href="http://www.yadmi.or.id/">www.yadmi.or.id</a>).</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Keempat, pemahaman, kemauan dan kemampuan pemimpin dalam memanfaat ICT sebagai visi besar dalam menjalankan roda organisasi publik yang efektif dan efisien. Menurut Kraemer dan King (2006) permasalahan utama penggunaan ICT adalah dari sisi pimpinan dalam mendistribusikan teknologi secara efesien, hal ini disebabkan ketidakpahaman pimpinan atas manfaat penggunaan teknologi pada sistem birokrasi. Kraemer dan King mengatakan,</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><i>“The main problem with the claim that information technology is an instrument of administrative reform is the lack of evidence to back it up. Faced with this, proponents respond that the potential of IT to produce reform is thwarted because of top management’s failures to distribute the technology efficiently, to empower lower level staff, to re-engineer the organization along with computerization efforts, and to become hands-on knowledge executives themselves. Much of the benefit that IT could bring to organizations is lost due to poor management, but this does not explain the failure of the reform hypothesis.”</i></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Selain itu Noveck (2009:148) juga mengungkapkan hal yang hampir sama mengenai peran pimpinan pemerintah. Noveck mengatakan sangat penting untuk mengalamatkan pada peran pemimpin politik dalam mendorong inovasi dan reformasi berbasis teknologi dalam institusi pemerintah. Sebagai contoh administrasi Obama (<i>The Obama Administration</i>) memberikan nama lembaga pemerintahannya sebagai “<i>the country’s first chief technology officer</i>” yang meniatkan diri sebagai lembaga yang berperan secara spesifik dalam memimpin perubahan. Noveck lebih lanjut mengatakan tentang perhatian pemerintah Obama dalam memanfaatkan teknologi dalam pelayanan masyarakat, “<i>Because every leader has an imperative today to apply innovative, technologically enabled approaches to solve problems on the policy agenda, there is not necessarily a special focus on how technology can also help to create twenty-first-century institutions of governance.</i>”</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Jika dibandingkan dengan Indonesia, sangat sedikit pemimpin pemerintahan di Indonesia yang bervisi ke depan. Melayani masyarakat agar efektif dan efisien dengan memanfaatkan ICT khususnya memanfaatkan <i>social media networking</i>. Banyak pemimpin yang gagap teknologi dan ketika pemerintah Indonesia mewajibkan pelayanan masyarakat dengan memanfaatkan e-gov di tiap daerah, e-gov bukan dipandang sebagai terobosan baru pelayanan masyarakat namun menjadikan proyek yang menguntungkan. Sehingga menjadi tidak heran kualitas situs e-gov di Indonesia hanyalah berfungsi sebagai brosur online belaka, tidak lebih. Manfaat yang diperoleh lebih sedikit dari biaya yang sudah dikeluarkan.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Untuk membantu analisis ini, jika diasumsikan kisaran umur pimpinan birokrasi sebagai pemegang kebijakan sekitar pada rentang umur 55-64 tahun, maka dapat dimaklumi bahwa pemanfaatan <i>social media networking</i> menjadi tidak penting dan tidak disadari oleh para pembuat kebijakan. Menurut data yang dirilis situs checkfacebook.com, pengguna facebook di Indonesia dengan rentang umur 55-64 tahun hanya 0,6 Persen dari 25,912,960 pengguna facebook di Indonesia secara keseluruhan.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Faktor terakhir tidak dimanfaatkannya <i>Social Media Networking</i> dalam pelayanan publik di Indonesia adalah karena ketiadaan hasrat untuk melayani (<i>passion for service</i>). Secanggih dan semudah apapun alat bantu kita dalam menjalankan pelayanan publik, namun ketiadaan hasrat untuk melayani pada jiwa pelayan publik di Indonesia maka semua bentuk pelayanan tidak pernah berjalan maksimal dan memuaskan masyarakat. </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>D. </b><b>Kesimpulan dan Saran</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Melayani masyarakat lewat e-gov sesungguhnya tidak perlu rumit dan mahal. Faktor terpenting dalam menjalankan pemerintahan di abad ini adalah kreatif, inovatif dan berfikir efektif serta efisien. Untuk menciptakan partisipasi masyarakat yang begitu massif sesungguhnya tidak membutuhkan biaya mahal. Manfaatkan teknologi yang ada, lihat teknologi apa yang berkembang di masyarakat dan ikutilah arus mereka (masyarakat). <i>Social Media Networking for Gov 2.0</i> menjawab itu semuanya. </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>E. </b><b>Daftar Pustaka</b></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Bresser-Pereira, Luiz Carlos. 2004. <b>Democracy and Public Management Reform: Building the Republican State</b>. New York. Oxford University Press Inc.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Clift, Steven. 2003. <b><i>E-Democracy, E-Governance and Public Net-Work (Government 2.0)</i></b>, diunduh dari <cite><a href="http://www.publicus.net/articles/edempublicnetwork.html" mce_href="http://www.publicus.net/articles/edempublicnetwork.html">http://www.publicus.net/articles/edempublicnetwork.html</a></cite><cite> </cite></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Fuad, Anis. 2010. <b><i>Facebook dan E-Cognocracy</i></b>. dalam Radar Banten edisi Senin, 1 Maret 2010</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Grönlund, Åke. 2002. <b><i>Electronic Government: Design, Aplication & Management</i></b>. Hershey PA. Idea Group Publishing</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Hague, Barry N. dan Brian D. Loader. 1999. <b><i>Digital Democracy: Discourse and Decision Making in the Information Age</i></b>. New York. Routledge</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Ibei, John Egbe Dan John W Forje. 2009. <b><i>Chalenges of Administrative Reforms and Public Service Accountability In Africa: The Case of Cameroon</i></b>. Cameroon Journal On Democracy An Human Rights Vol 3. No.1 June 2009</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Killian, Jerri. 2008. <b><i>The Missing Link in Administrative Reform: Considering Culture</i></b> dalam Jerri Killian dan Niklas Eklund (ed.). <b><i>Handbook of Administrative Reform : an International Perspective</i></b>, CRC Press : Florida</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Kraemer, Kenneth dan John Leslie King. 2006. <b><i>Information Technology and Administrative Reform: Will E-Government be Different?</i></b> dalam International Journal of Electronic Government Research, 2(1). 1-20. January-March 2006</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Lilić, Stevan and Maja Stojanović. 2007. <b><i>E-Government and Administrative Reform in Serbia</i></b>. Masaryk University Journal of Law and Technology</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Noveck, Beth Simone. 2009. <b><i>Wiki Government: How Technology Can Make Government Better, Democracy Stronger, And Citizens More Powerful</i></b>. Washington D.C. Brookings Institution Press</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Rokhman, Ali. 2008. <b><i>Potret dan Hambatan E-Government Indonesia</i></b>. Jurnal Inovasi Edisi Vol.11/XX/Juli 2008 diunduh dari <a href="http://io.ppijepang.org/article.php?id=263" mce_href="http://io.ppijepang.org/article.php?id=263">http://io.ppijepang.org/article.php?id=263</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Shane, Peter M. (Ed.). 2004. <b><i>Democracy Online: The Prospects for Political Renewal Through the Internet. </i></b>New York. Routledge</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Sudarto, Yudo. 2006. <b><i>E-Goverment Dan Reformasi Birokrasi Menuju Pemerintahan Yang Baik </i></b>dalam<b><i> Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia</i></b>. Bandung. Institut Teknologi Bandung</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Traunmüller, Roland and Johannes Kepler. 2009. <b><i>E-Governance: Some Challenges Ahead: Social Media Spurring Participation</i></b>, University of Linz, Austria diunduh dari <a href="http://www.slideshare.net/dgpazegovzpi/egovernance-some-challenges-ahead-social-media-spurring-participation" mce_href="http://www.slideshare.net/dgpazegovzpi/egovernance-some-challenges-ahead-social-media-spurring-participation">http://www.slideshare.net/dgpazegovzpi/egovernance-some-challenges-ahead-social-media-spurring-participation</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;">Piles, Joan Josep, José Luis Salazar, José Ruíz dan José María Moreno-Jiménez. 2006. <b><i>The Voting Challenges in e-Cognocracy</i></b> dalam Robert Krimmer. <b><i>Electronic Voting 2006: Lecture Notes in Informatics (LNI) – Proceedings </i></b><b><i>Series of the Gesellschaft für Informatik (GI).</i></b> Bonn. Gesellschaft für Informatik</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><b>Sumber internet/website: </b></div><ul mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><li><a href="http://virtual.co.id/blog/internet-marketing/e-goverment-yang-abai-komunikasi-online/" mce_href="http://virtual.co.id/blog/internet-marketing/e-goverment-yang-abai-komunikasi-online/">http://virtual.co.id/blog/internet-marketing/e-goverment-yang-abai-komunikasi-online/</a></li>
<li><a href="http://www.yadmi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267:indonesia-berada-di-ranking-ke-175-dalam-e-goverment&catid=38:terkini&Itemid=69" mce_href="http://www.yadmi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267:indonesia-berada-di-ranking-ke-175-dalam-e-goverment&catid=38:terkini&Itemid=69">http://www.yadmi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267:indonesia-berada-di-ranking-ke-175-dalam-e-goverment&catid=38:terkini&Itemid=69</a></li>
<li><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_social_networking_websites.htm" mce_href="http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_social_networking_websites.htm">http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_social_networking_websites.htm</a></li>
<li><a href="http://netsains.com/2007/07/setelah-web-20-kini-giliran-web-30" mce_href="http://netsains.com/2007/07/setelah-web-20-kini-giliran-web-30">http://netsains.com/2007/07/setelah-web-20-kini-giliran-web-30</a></li>
<li><cite>· </cite><a href="http://twitter.com/tmcpoldametro" mce_href="http://twitter.com/tmcpoldametro">http://twitter.com/tmcpoldametro</a><cite> </cite></li>
<li><cite><a href="http://www.facebook.com/TMCPoldaMetro" mce_href="http://www.facebook.com/TMCPoldaMetro">http://www.facebook.com/TMCPoldaMetro</a></cite></li>
<li><a href="http://www.iq.harvard.edu/blog/netgov/2009/07/the_complexity_of_government_20.html" mce_href="http://www.iq.harvard.edu/blog/netgov/2009/07/the_complexity_of_government_20.html">http://www.iq.harvard.edu/blog/netgov/2009/07/the_complexity_of_government_20.html</a></li>
<li><a href="http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820" mce_href="http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820">http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820</a></li>
<li><a href="http://memeburn.com/2010/06/could-social-networking-actually-be-a-threat-to-democracy" mce_href="http://memeburn.com/2010/06/could-social-networking-actually-be-a-threat-to-democracy">http://memeburn.com/2010/06/could-social-networking-actually-be-a-threat-to-democracy</a></li>
<li> <a href="http://socialwizz.com/is_social_media_bad_for_democracy_social_wizz.htm" mce_href="http://socialwizz.com/is_social_media_bad_for_democracy_social_wizz.htm">http://socialwizz.com/is_social_media_bad_for_democracy_social_wizz.htm</a></li>
<li><a href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2010/04/18/social-media-in-government-facing-a-tsunami-with-a-teacup" mce_href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2010/04/18/social-media-in-government-facing-a-tsunami-with-a-teacup">http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2010/04/18/social-media-in-government-facing-a-tsunami-with-a-teacup</a></li>
<li><a href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2009/11/24/government-2-0-and-the-expiry-date-of-social-networks" mce_href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2009/11/24/government-2-0-and-the-expiry-date-of-social-networks">http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2009/11/24/government-2-0-and-the-expiry-date-of-social-networks</a></li>
<li><a href="http://www.detikinet.com/read/2007/09/07/131313/826987/328/2010-pengguna-ponsel-indonesia-capai-separuh-populasi" mce_href="http://www.detikinet.com/read/2007/09/07/131313/826987/328/2010-pengguna-ponsel-indonesia-capai-separuh-populasi">http://www.detikinet.com/read/2007/09/07/131313/826987/328/2010-pengguna-ponsel-indonesia-capai-separuh-populasi</a></li>
<li><a href="http://www.ca.gov/" mce_href="http://www.ca.gov/">http://www.ca.gov/</a></li>
</ul><hr size="1" /> <div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref1" mce_href="#_ftnref1">[1]</a> Dipresentasikan pada Seminar Nasional Konferensi Administrasi Negara III di Universitas Padjadjaran Bandung pada tanggal 7 Juli 2010.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"> </div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref2" mce_href="#_ftnref2">[2]</a> adalah Dosen FISIP Untirta, Peneliti Laboratorium Administrasi Publik Untirta dan Pemerhati Tele-Democracy dan E-Government</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref3" mce_href="#_ftnref3">[3]</a> Lihat <a href="http://www.checkfacebook.com/" mce_href="http://www.checkfacebook.com/">http://www.checkfacebook.com</a> , Indonesia per 4 Juli 2010 menduduki peringkat ketiga pengguna facebook terbanyak setelah Amerika Serikat dan Inggris.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref4" mce_href="#_ftnref4">[4]</a> Lihat <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_social_networking_websites.htm/" mce_href="http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_social_networking_websites.htm/">http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_social_networking_websites.htm/</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref5" mce_href="#_ftnref5">[5]</a> Lihat <a href="http://netsains.com/2007/07/setelah-web-20-kini-giliran-web-30/" mce_href="http://netsains.com/2007/07/setelah-web-20-kini-giliran-web-30/">http://netsains.com/2007/07/setelah-web-20-kini-giliran-web-30/</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref6" mce_href="#_ftnref6">[6]</a> Traunmüller, Roland and Johannes Kepler. 2009. <i>E-Governance – Some Challenges Ahead: Social Media Spurring Participation</i>. University of Linz, Austria di unduh dari http://www.slideshare.net/dgpazegovzpi/egovernance-some-challenges-ahead-social-media-spurring-participation pada tanggal 3 Juli 2010</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref7" mce_href="#_ftnref7">[7]</a> Berdasarkan pemantauan penulis, account twitter dan facebook menkominfo, tifatul sembiring selalu meng-update status-nya tiap 10 menit hingga 1 jam/sekali.</div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref8" mce_href="#_ftnref8">[8]</a> Diolah dari berbagai sumber seperti situs <a href="http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/transaksi-bisnis-ict-di-indonesia-rp-300-triliun-per-tahun/" mce_href="http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/transaksi-bisnis-ict-di-indonesia-rp-300-triliun-per-tahun/">http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/transaksi-bisnis-ict-di-indonesia-rp-300-triliun-per-tahun/</a> , <a href="http://www.detikinet.com/read/2010/05/25/130546/1363675/328/%20menkominfo-%20soroti-maraknya-asing-di-telekomunikasi" mce_href="http://www.detikinet.com/read/2010/05/25/130546/1363675/328/%20menkominfo-%20soroti-maraknya-asing-di-telekomunikasi">http://www.detikinet.com/read/2010/05/25/130546/1363675/328/ menkominfo- soroti-maraknya-asing-di-telekomunikasi</a> dan <a href="http://www.detikinet.com/read/2007/09/07/131313/826987/328/2010-pengguna-ponsel-indonesia-capai-separuh-populasi" mce_href="http://www.detikinet.com/read/2007/09/07/131313/826987/328/2010-pengguna-ponsel-indonesia-capai-separuh-populasi">http://www.detikinet.com/read/2007/09/07/131313/826987/328/2010-pengguna-ponsel-indonesia-capai-separuh-populasi</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref9" mce_href="#_ftnref9">[9]</a> Lihat <a href="http://virtual.co.id/blog/social-media/twitter-tembus-lima-juta-akun-di-indonesia-social-media-marketing-makin-rumit/" mce_href="http://virtual.co.id/blog/social-media/twitter-tembus-lima-juta-akun-di-indonesia-social-media-marketing-makin-rumit/">http://virtual.co.id/blog/social-media/twitter-tembus-lima-juta-akun-di-indonesia-social-media-marketing-makin-rumit/</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref10" mce_href="#_ftnref10">[10]</a> Social media networking TMC Ditlantas Polda Metro Jaya dapat dikunjungi di http://<cite>twitter.com/tmcpoldametro dan http://www.facebook.com/TMCPoldaMetro</cite></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref11" mce_href="#_ftnref11">[11]</a> Perdebatan tentang kebijakan pemanfaatan social media networking dapat dibaca pada situs <a href="http://www.iq.harvard.edu/blog/netgov/2009/07/the_complexity_of_government_20.html" mce_href="http://www.iq.harvard.edu/blog/netgov/2009/07/the_complexity_of_government_20.html">http://www.iq.harvard.edu/blog/netgov/2009/07/the_complexity_of_government_20.html</a> , <a href="http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820" mce_href="http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820">impact of social computing of public services</a> at <a href="http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820" mce_href="http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820">http://ipts.jrc.ec.europa.eu/publications/pub.cfm?id=2820</a> , <a href="http://memeburn.com/2010/06/could-social-networking-actually-be-a-threat-to-democracy" mce_href="http://memeburn.com/2010/06/could-social-networking-actually-be-a-threat-to-democracy">http://memeburn.com/2010/06/could-social-networking-actually-be-a-threat-to-democracy</a>, <a href="http://socialwizz.com/Is_social_media_bad_for_democracy%20_Social_Wizz.htm" mce_href="http://socialwizz.com/Is_social_media_bad_for_democracy%20_Social_Wizz.htm">http://socialwizz.com/Is_social_media_bad_for_democracy _Social_Wizz.htm</a>, <a href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2010/04/18/social-media-in-government-facing-a-tsunami-with-a-teacup" mce_href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2010/04/18/social-media-in-government-facing-a-tsunami-with-a-teacup">http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2010/04/18/social-media-in-government-facing-a-tsunami-with-a-teacup</a>, <a href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2009/11/24/government-2-0-and-the-expiry-date-of-social-networks" mce_href="http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2009/11/24/government-2-0-and-the-expiry-date-of-social-networks">http://blogs.gartner.com/andrea_dimaio/2009/11/24/government-2-0-and-the-expiry-date-of-social-networks</a></div><div mce_style="text-align: justify;" style="text-align: justify;"><a href="https://anisganteng.wordpress.com/wp-admin/post.php?post=374&action=edit&message=1#_ftnref12" mce_href="#_ftnref12">[12]</a> Sebagai contoh, lihat situs pemerintah federal California, <a href="http://www.ca.gov/" mce_href="http://www.ca.gov/">http://www.ca.gov/</a></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-64467944460217272662010-06-08T11:19:00.001+07:002010-06-08T11:19:31.728+07:00Suku Baduy<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/TA3E0R-q6mI/AAAAAAAAAQA/8y5MjKhd0MA/s1600/image-upload-7-769516.jpg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/TA3E0R-q6mI/AAAAAAAAAQA/8y5MjKhd0MA/s320/image-upload-7-769516.jpg"/></a><br /><span>Saidam, salah satu warga baduy luar.</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-48615127376633515842010-06-02T16:14:00.002+07:002010-06-05T01:08:57.630+07:00Kebun teh kemuning<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/TAYhD42Y-II/AAAAAAAAAPw/t3QtH-oyuNM/s1600/image-upload-96-795428.jpg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/TAYhD42Y-II/AAAAAAAAAPw/t3QtH-oyuNM/s320/image-upload-96-795428.jpg" /></a><br /><span>Pemandangan indah kebun teh kemuning karanganyar.</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-82984462094431776012010-05-23T18:05:00.004+07:002010-05-30T10:37:11.417+07:00Bestik Solo Pak Darmo<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S_kMDVGaTYI/AAAAAAAAAPU/ua3iEGygZq8/s1600/image-upload-27-749168.jpg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S_kMDVGaTYI/AAAAAAAAAPU/ua3iEGygZq8/s320/image-upload-27-749168.jpg" /></a><br /><span>Menu istimewa makan malam kemarin malam. Bestik Solo Pak Darmo di jalan Bhayangkara, samping stadion R. Maladi Sriwedari Solo. Mantaf.. Nanti juga pengen nyoba Bestik Hardjo, katanya enak.</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-62253562835022135942010-05-23T09:26:00.003+07:002010-05-30T10:37:34.715+07:00Sarapan Timlo Sastro Solo<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S_iSYAhvtkI/AAAAAAAAAPM/La8fuZm2zgI/s1600/image-upload-14-700543.jpg"><img src="http://2.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S_iSYAhvtkI/AAAAAAAAAPM/La8fuZm2zgI/s320/image-upload-14-700543.jpg" /></a><br /><span>Menikmati pagi di solo dengan sarapan di Timlo Sastro. Lalu menyusuri jalan-jalan di kota Surakarta. </span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-33133744623054710242010-03-07T16:07:00.002+07:002010-05-30T10:29:36.239+07:00Waduk Gajah Mungkur 3<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S5NsvMsFdMI/AAAAAAAAAPE/LciGK0qsyAs/s1600-h/image-upload-9-728721.jpg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S5NsvMsFdMI/AAAAAAAAAPE/LciGK0qsyAs/s320/image-upload-9-728721.jpg" /></a><br /><span>Hasil shoot G502i. Lumayan hasil jepretan kamera ponsel.</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-90832463797140710672010-03-07T12:02:00.002+07:002010-05-30T10:30:00.352+07:00Waduk Gajah Mungkur 2<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S5MzShR1vAI/AAAAAAAAAO8/baPIVz1oTBM/s1600-h/image-upload-18-722207.jpg"><img src="http://1.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S5MzShR1vAI/AAAAAAAAAO8/baPIVz1oTBM/s320/image-upload-18-722207.jpg" /></a><br /><span>Diambil dengan kamera ponsel G502i</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-54038795933409070002010-03-07T11:59:00.002+07:002010-05-30T10:30:25.465+07:00Waduk gajah mungkur<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S5MysnHvx5I/AAAAAAAAAO0/wsJ5POxUtE0/s1600-h/image-upload-7-770775.jpg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S5MysnHvx5I/AAAAAAAAAO0/wsJ5POxUtE0/s320/image-upload-7-770775.jpg" /></a><br /><span>Diambil dengan kamera ponsel G502i</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-64965984314145520392010-03-01T09:16:00.002+07:002010-03-01T09:25:58.351+07:00Facebook dan E-Cognocracy<div style="text-align: justify;">Saat ini, facebook telah menjadi keseharian bagi sebagian orang Indonesia. Namun disaat yang sama banyak orang khawatir dengan dampak yang ditimbulkan facebook. Ada banyak kejadian negatif yang semuanya timbul karena penyalahgunaan situs jejaring sosial terpopuler ini. Facebook menjadi tersangka dari maraknya kejahatan seperti penculikan, penipuan, pelacuran hingga pencemaran nama baik.<br />Namun terselip kabar bahagia, pada beberapa pekan lalu, kedubes Amerika Serikat di Indonesia mengadakan sayembara pencinta Obama lewat Facebook. Situs Facebook Pecinta Obama ini sekaligus menjadi media online resmi untuk meyediakan berbagai informasi tentang kedatangan Obama di Indonesia maret nanti. Hal semacam itu sesungguhnya pernah Obama lakukan dengan memanfaatkan situs jejaring sosial ini sebagai alat kampanyenya di pemilihan Presiden Amerika 2008 lalu. Facebook berhasil memenangkannya sebagai Presiden. Kelatahanpun terjadi di Indonesia. Banyak politisi memanfaatkan facebook sebagai media kampanye mereka di Pemilu 2009 lalu dan juga berhasil.<br />Facebookpun telah memberikan jasa besar bagi perkembangan demokratisasi di Indonesia. Kita tidak mungkin lupa bagaimana perjuangan Prita Mulya Sari yang dibangun para netter menghantam ketidakadilan hukum di dunia nyata. Istilah cicak dan buaya menjadi terkenal didunia maya dan memunculkan Bibit-Chandra sebagai aktor utama dalam gerakan massif facebooker mendukung perjuangan gerakan anti-korupsi dan kriminalisasi KPK.<br />Bagi saya, inilah potensi besar Facebook dan beberapa situs jejaring sosial lainnya yang tidak pernah dilirik banyak orang dalam bidang kepemerintahan khususnya penyelenggaraan e-government dan kebijakan publik di Indonesia. Sedikit para pelayanan publik memanfaatkan facebook untuk melayani dan mendekatkan diri pada masyarakat. Facebook hanya digunakan untuk mengobrol, tempat curhat, update status, dan ajang narsisme diri.<br />Padahal potensi besar Facebook ini mengingatkan pada praktek e-government di Indonesia yang masih jalan ditempat karena berbagai alasan. Dana yang besar untuk membangun infra dan suprastruktur hingga keterbatasan sumber daya manusia. Bagi saya, e-government sesungguhnya tidak perlu rumit dan mahal. Faktor terpenting dalam menjalankan pemerintahan di abad ini adalah kreatif, inovatif dan berfikir efektif serta efisien. Untuk menciptakan partisipasi masyarakat yang begitu massif sesungguhnya tidak membutuhkan biaya mahal. Manfaatkan teknologi yang ada, lihat teknologi apa yang berkembang di masyarakat dan ikutilah arus mereka (masyarakat). Facebook menjawab itu semuanya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Partisipasi Publik Lewat E-cognocracy</span><br />Teknologi Web 2.0 sudah memudahkan pemerintah di Indonesia untuk mengembangkan e-government menjadi lebih mudah dan murah. Lebih memudahkan pemerintah untuk lebih dekat dengan masyarakatnya. Kebijakan publik dengan cara melibatkan masyarakat banyak dalam proses pembuatan keputusan dapat dilakukan melalui media situs jejaring sosial, dimana salah satunya adalah dengan memanfaatkan facebook.<br /><span class="fullpost">Kondisi inilah yang disebut Piles, dkk (2006) serta Jimenez (2006) sebagai e-cognocracy. E-cognoracy adalah sistem demokrasi terbaru yang berfokus pada penciptaan dan penyebaran pengetahuan di masyarakat yang terkait dengan bagaimana kompleksitas masalah dapat dipecahkan secara ilmiah sehingga pembuatan keputusan publik dapat dilakukan dengan baik. <span class="fullpost">E-cognocracy menawarkan formulasi khusus untuk menciptakan partisipasi warga Negara (citizen) dalam proses pembuatan keputusan dengan pendekatan Multi-criteria Decision Making.<br />E-cognocracy adalah sistem demokratisasi terbaru yang bekerja untuk menciptakan peradaban baru yang lebih terbuka, transparan, dan masyarakat yang bebas. Pada waktu yang sama, setiap warga negara saling terkait dan saling terhubung dalam kondisi yang penuh partisipasi, seimbang, saling peduli dan membutuhkan.<br />E-Cognocracy merupakan jawaban bagi keterbatasan demokrasi tradisional. E-Cognocracy tidak saja menyediakan ruang untuk keterlibatan masyarakat secara luas didalam pemerintahan tapi juga fokus pada proses dimana pengetahuan masyarakat berelasi dengan pemecahan masalah secara ilmiah. E-cognocracy sebagai katalisator proses belajar bersama untuk menciptakan kesadaran (kognisi) politik masyarakat dalam kehidupan bersama, dan internet adalah alat komunikasi pendukungnya.<br />E-cognocracy adalah kombinasi dari tiga ranah ilmiah yaitu demokrasi sebagai bagian kajian teori politik, teori pengambilan keputusan dan penggunaan ICT sebagai alat komunikasi dan mengkolaborasikan antar stakeholder.<br />E-Cognocracy mempertemukan model demokrasi representatif - dimana aktornya adalah para politisi yang ada dalam partai politik - dengan model demokrasi langsung dimana setiap warga negara berpartisipasi langsung dalam proses politik.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Masa depan E-cognocracy di Indonesia</span><br />Masyarakat maya di Indonesia merupakan masyarakat kritis yang sesungguhnya mempunyai kekuatan besar dalam menciptakan arus demokratisasi di Indonesia. E-cognocracy sebagai demokrasi digital mempunyai peran penting dalam berjalannya praktek kebijakan publik dan pemerintahan yang baik (good governance). E-cognocracy dapat mensejajarkan masyarakat dalam posisi yang seimbang dengan aktor politik dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan.<br />Masyarakat kritis dan saling berbagi sangat diperlukan dalam e-cognocracy. Ada banyak asupan ide sekaligus kritik bagai proses kebijakan publik berkualitas. Ada kesamaan hak disana dan kedudukan yang egaliter diantar warga negara. Facebook bukan lagi milik politisi, artis, mahasiswa dan para eksekutif muda, tapi juga tukang ojek, tukang jamu hingga pembantu rumah tangga.<br />Mereka dapat mengakses facebook lewat telpon genggamnya. Disitupula potensi demokrasi digital tumbuh dan berkembang untuk memaksa kebijakan publik lebih representatif dan partisipatif. Pemerintah-lah kemudian menjadi jembatan penghubungan bagi semuanya dan situs jejaring sosial semacam facebook-lah sebagai alat penghubung dan pengumpul aspirasi yang paling murah.<br />Contoh terbaru dan sederhana dari praktek e-cognocracy di Indonesia – walaupun tidak disadari hal itu sebagai e-cognocracy karena kemungkinan pemerintah tidak menggunakan metode multi-criteria decision making – adalah ketika begitu massifnya masyarakat Indonesia khususnya di dunia maya dan facebook berpartisipasi penuh kesadaran dalam memberikan masukan pada kebijakan RPM konten Multimedia yang dikeluarkan Kementerian komunikasi dan Informasi.<br />Ketika RPM konten Multimedia dilemparkan ke ruang publik, banyak kritik dan masukan dari berbagai stakeholder yang akhirnya dapat mempengaruhi proses kebijakan publik tersebut. Ada debat dan diskusi yang membangun di situ. Akhirnya, atas kritik dan masukan berkualitas yang diciptakan oleh interaksi antar masyarakat dan stakeholder di dunia maya, Menkominfo akhirnya membatalkan RPM Konten Multimedia tersebut.<br />Dengan kata lain, melalui ICT – termasuk memanfaatkan situs jejaring sosial - siapapun dapat memberikan masukan, kritik dan saran terhadap suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan ICT pula masyarakat mempunyai kekuatan politik yang sangat besar, bukan sekedar potensi tapi juga tindakan nyata yang dapat merubah tatanan hidup suatu bangsa. E-cognocaracy di Indonesia sudah di mulai!<br /><br />Anis Fuad adalah Dosen FISIP Untirta dan Pemerhati Tele-Democracy dan E-Government<br />telah dimuat di Radar Banten, 01 Maret 2010 </span> </span></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-36072841666582519352010-02-07T18:56:00.002+07:002010-05-30T10:31:32.550+07:00Ridho Membaca<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26qhcEMrjI/AAAAAAAAAOs/lag_g67AgSk/s1600-h/image-upload-9-713227.jpg"><img src="http://2.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26qhcEMrjI/AAAAAAAAAOs/lag_g67AgSk/s320/image-upload-9-713227.jpg" /></a><br /><span>Umurku 6 bulan, hobiku membaca, biar aku jadi orang pintar, cerdas dan bearkhlak mulia.. Doakan aku ya. Amin.</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-69523180943342463012010-02-07T18:50:00.002+07:002010-05-30T10:32:05.580+07:00Ridho Superman<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26o8RXJlSI/AAAAAAAAAOk/jotk3DX45YI/s1600-h/image-upload-6-709080.jpg"><img src="http://3.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26o8RXJlSI/AAAAAAAAAOk/jotk3DX45YI/s320/image-upload-6-709080.jpg" /></a><br /><span>Ridho hebat bisa gendong smuanya.. Tak gendong kemana-mana..</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-83975979468749979492010-02-07T18:48:00.002+07:002010-05-30T10:32:41.771+07:00Bunda, Fatih, Ridho dan Zita<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26oecUWQsI/AAAAAAAAAOc/lYnitvOnEQw/s1600-h/image-upload-12-789134.jpg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26oecUWQsI/AAAAAAAAAOc/lYnitvOnEQw/s320/image-upload-12-789134.jpg" /></a><br /><span>Hayo tebak mana kakaknya mana adiknya? Abi love smuanya...</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-1384703859194742212010-02-07T18:45:00.002+07:002010-05-30T10:33:09.434+07:00Temaram Ngarsopuro<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26nzGz0-1I/AAAAAAAAAOU/xndNoJimTMw/s1600-h/image-upload-8-716161.jpg"><img src="http://1.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/S26nzGz0-1I/AAAAAAAAAOU/xndNoJimTMw/s320/image-upload-8-716161.jpg" /></a><br /><span>Diambil dari SE G502i ku.. Lumayan...</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-12671591957675211012009-12-19T18:56:00.004+07:002010-05-30T10:38:01.047+07:00Tahu Kupat Solo<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/Syy_iUq8uJI/AAAAAAAAAOI/qDt1eDB3Nq0/s1600-h/image-upload-2-717541.jpg"><img src="http://4.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/Syy_iUq8uJI/AAAAAAAAAOI/qDt1eDB3Nq0/s320/image-upload-2-717541.jpg" /></a><br /><span>Tahu kupat khas solo, ada tahu yang renyah, kupat, bakwan, mie kuning, kol, daun bawang dan di taburi kacang goreng. Di siram oleh kuah kecap aroma bawang putih dan kemiri goreng. Mhmhmm.. Bikin kenyang!</span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-79976045653443009682009-12-08T16:24:00.002+07:002010-05-30T10:34:47.552+07:00Es Kobar yg Legendaris<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/Sx4bRZvDniI/AAAAAAAAAOA/Y7W4YYHRf0A/s1600-h/image-upload-96-761565.jpg"><img src="http://1.bp.blogspot.com/_Cvu92tZcMko/Sx4bRZvDniI/AAAAAAAAAOA/Y7W4YYHRf0A/s320/image-upload-96-761565.jpg" /></a><br /><span>Es kobar, kotta barat. Kedai es ini memang terletak di areal jajanan kotta barat solo. Es buah campur yg enak ini sangat menyegarkan diminum disiang yang panas. Juga tetap nikmat walaupun hujan turun.<br /><br />Tempat ini dapat membuka memori anda di masa lalu untuk brnostalgia bagi anda yang kangen suasana asli kota solo.<br /><br />Begitupun saya, banyak kenangan yang terulang di benak saya di masa kuliah dulu. Ikut demonstrasi dan berakhir minum es buah kobar yang begitu melegenda.<br /></span><br /></div>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2107278046707572752.post-31414577703492746232009-11-04T22:50:00.003+07:002009-11-04T22:53:47.950+07:00Materi Mata Kuliah MPS KualitatifBagi Mahasiswa Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif, silahkan unduh materi kuliah ini. Silahkan klik <a href="http://www.ziddu.com/download/7219861/Kualitatif.rar.html">disini</a>.<br /><br />File dapat dibaca pada Ms. Office 2007<br /><span class="fullpost"><br /></span>Anis Fuadhttp://www.blogger.com/profile/09289127246975022909noreply@blogger.com0